Umum

Kisah Para Penembak Ikan Rawa Pening

Diskominfo-Banyubiru : Terik sinar matahari siang itu, Senin (26/10/2020) lumayan menyengat kulit. Dari tepian Rawa Pening, Antok (43), warga Dusun Pentasan Desa Kebondowo Banyubiru bersiaga. Matanya mengawasi permukaan air Rawa Pening yang ditumbuhi bengok. Secepat kilat namun senyap, dia memasang sebatang besi pendek berujung runcing laksana mata tombak kecil di ujung senapan angin miliknya. Ada ikan nila berukuran sedang bergerak pelan di bawah rimbunan eceng gondok. Dia mulai membidik dan seketika terdengar letusan kecil. Puji Tuhan, bidikannya tepat mengenai punggung ikan nila itu. “Lumayan besar ukurannya,” katanya sambil menyeringai. Ditariknya tali pengikat besi runcing yang menancap di tubuh si nila. Lalu dia menyimpannya di sebuah wadah yang diletakkannya di lambung perahu miliknya.
Tak hanya Antok, ada ratusan orang yang berburu ikan nila Rawa Pening dengan senapan angin. Ya, tak salah, mereka menembak dan bukan menggunakan kail pancing. Berbekal senapan angin yang telah dimodifikasi, para petembak itu setiap hari mengelilingi tepian hingga ke tengah Rawa Pening. Mata mereka dengan jeli terus memelototi permukaan air rawa tanpa nanar. Setiap gerakan di bawah kumpulan eceng gondok selalu diamatinya. Bagi mereka, menembak ikan lebih menantang dibandingkan menunggu ikan bersedia memakan umpan di ujung kail. Meski hasil yang didapat tak jauh berbeda namun adrenalin yang bergejolak saat mengincar ikan buruan menjadi pembeda.
Tak ada jaminan mendapat hasil tembakan setiap harinya. Alih-alih kapok, Antok dan yang lainnya terus saja menikmati setiap gerakan jarinya menarik pelatuk senapan angin. “Ada senangnya. Pernah dapat sejenis ikan gabus seberat tujuh kilogram sekali tembak,” akunya kegirangan.
Begitulah sekelumit cerita seorang penembak ikan di Rawa Pening. Seperti hukum alam di setiap kehidupan, ada senang dan ada pahitnya. Meski hasil yang diperoleh tak sebanyak harapan, tapi selalu ikhlas membawanya pulang. Untuk menghidupi anak istri yang menanti sang pejuang sesuap nasi berkalung harga diri.(*/junaedi)

Comment here