Diskominfo-Bawen : Pemkab Semarang bersiap membudidayakan belatung (maggot) pemakan sampah secara massal untuk mengurangi jumlah sampah organik yang terus meningkat. Belatung dari lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Pembesaran belatung BSF itu dilakukan dengan memberi pakan berupa sampah organik yang berasal dari rumah tangga. “Belatung jenis ini bisa menjadi pengganti pakan ternak. Sehingga menjadi solusi tingginya harga pakan ternak. Sekaligus mengurangi jumlah sampah organik,” kata Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Barenlitbangda) Anang Dwinanta disela-sela acara Kaji Terap budidaya Maggot BSF di aula Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Blondo, Bawen, Minggu (3/11) pagi.
Sosialisasi dan praktik budidaya maggot BSF diikuti oleh 70 peserta dari relawan lintas komunitas (Relinko) dan unsur warta lainnya. Sedangkan narasumber adalah para pakar budidaya BSF dari Cianjur, Magelang dan Jombang.
Ditambahkan oleh Anang, pihaknya melaksanakan kegiatan itu sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Kongres Sampah beberapa waktu lalu. Yakni mengubah sampah agar membawa berkah bagi warga. Lewat pengembangan belatung BSF ini, dia berharap dapat membawa dua dampak baik. Pertama mampu mengurangi sampah dan selanjutnya menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi berupa pakan ternak berprotein tinggi. “Umur ekonomis TPA Blondo ini tinggal dua tahun. Dengan inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi pengurangan dan pengolahan sampah organik,” ungkapnya.
Saat ini Barenlitbangda dan Relinko telah mengawali budidaya belatung BSF di TPA Blondo. Nantinya, akan disediakan telur BSF yang menjadi cikal bakal belatung bagi peserta sosialisasi yang berminat membudidayakannya. Anang berharap budidaya ini dapat menjadi kegiatan produktif di desa dengan menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Wakil Bupati Semarang H Ngesti Nugraha yang hadir pada acara itu menghargai langkah sosialiasi budidaya belatung BSF kepada warga ini. Menurutnya, warga dapat berperan mengolah sampah organik yang dihasilkannya sebagai pakan belatung BSF. “Mencari lahan pembuangan sampah baru (sebagai pengganti TPA Blondo) butuh biaya mahal. Budidaya belatung BSF ini bisa menjadi inovasi mengolah sampah sekaligus memberdayakan ekonomi warga,” tegasnya.
Salah seorang anggota Relinko, Sugiyarto menjelaskan selama ini sampah organik hanya diolah menjadi kompos. Lewat budidaya belatung BSF, selain kompos juga dapat menghasilkan uang dari penjualan belatung dan telur BSF. Sebab kotoran yang dihasilkan dari budidaya belatung atau dikenal dengan kasgot juga berfungsi sama dengan kompos. “Teman-teman Relinko telah membudidayakan belatung BSF ini di TPA Blondo. Tempat ini dipilih karena sumber makanan belatung yakni sampah organik sangat berlimpah,” katanya. Dia berharap sosialisasi budidaya belatung BSF ini dapat dilaksanakan hingga ke tingkat desa. Sehingga nantinya sampah organik dapat diolah sendiri tanpa harus dikirim ke TPA Blondo,” ujarnya.(*/Junaedi)
Comment here
You must be logged in to post a comment.